Rabu, 16 September 2009

Boys Before Flowers



KOO HYE SUN ( GEUM JAN DI )










Name : Koo Hye Sun
Profession : Actress and Singer
Birth Place : Seoul, South Korea
Birth Date : 1984 November 9th
Height : 163 cm
Weight : 42 Kg
Zodiac Sign : Scorpio
Blood Type : A
Education : Seoul Art College
Talent Agency : YG Entertainment

TV Series :
- Boys Before Flowers (2009)
- Strongest Chil Woo (2008)
- The King and I (2007)
- Pure 19 (2006)
- Ballad of Suh Dong (2005)
- Nonstop (2005)
- Drama City (2004-2005)

Awards :
- 2007 SBS Acting Awards : New Star Award
- 2006 KBS Acting Awards : New Actress Award
KIM SO EUN as CHU GA EUL (Jan Di’s Bestfriend)

LEE MIN HO ( GOO JON PYO )




Name : Lee Min Ho
Profession : Actor
Birth Place : Seoul, South Korea
Birth Date : 1987 June 22nd
Height : 185 cm
Zodiac Sign : Cancer
Blood Type : A
Hobbies : Watching Movie, Playing Sports, Game, Soccer

TV Series :
- Boys Before Flowers (2009)
- But I Dont Know Too (2008)
- I’m Sam (2007)
- Mackerel Run (2007)
- Secret Campus (2006)
- Love Hymn (2005)

Awards :
- The 45th Baeksang Arts Awards : Best New Actor Boys Before Flowers (2009)

Official Site :
http://www.leeminho.co.kr
http://www.minho.jp

KIM HYUN JONG ( YOON JI HOO )





Name : Kim Hyun Joong
Profession : Actor and Singer (SS501)
Birth Place : Seoul, South Korea
Birth Date : 1986 June 6th
Height : 180 cm
Weight : 68 Kg
Blood Type : B
Zodiac Sign : Gemini
Hobbies : Playing The Guitar, Piano, Dancing
Education : Kyonggi University

TV Series :
- Boys Before Flowers (2009)
- Spotlight (2008)
- Hotelier (2007,Eps.7)
- Can Love Be Refilled? Sitcom (2005)
- Nonstop 5 (2005,Eps.208)

Awards :
- The 45th Baeksang Arts Awards : Popularity Awards (Male) Boys Before Flowers (2009)

KIM BUM ( SO YI JUNG )





Name : Kim Sang Bum / Kim Bum
Profession : Actor
Birth Date : 1989 July 7th
Height : 181 cm
Weight : 63 Kg
Zodiac Sign : Cancer
Talent Agency : EYAGI Entertainment
Education : Jungang University (Movie and Theatre Department)

TV Series :
- Dream (2009)
- Boys Before Flowers (2009)
- East of Eden (2008)
- Unstoppable High Kick (2006)
- Outrageous Woman (2006)

Awards :
- 2008 Korean Drama Festival : Netizen Popularity Award

Official Site : http://www.kimbum.jp

KIM JOON ( SONG WO BIN )





Name : Kim Hyung Joon / Kim Joon
Profession : Actor and Singer (T-Max)
Birth Date : 1984 February 3rd
Height : 183 cm
Weight : 64 Kg
Zodiac Sign : Aquarius
Blood Type : O
Hobbies : Online Games, Basketball
Education : Han Gook University of Foreign Languages
Talent Agency : 2STEP Entertainment

Tentang Boys Before Flowers......

Boys Before Flowers merupakan drama terbaru Korea yang akan tayang di stasion TV Indosiar Semenjak 1 Juni 2009. Drama Korea Before Flowers adalah sebuah Drama Meteor Garden versi Taiwan dengan adaptasi dari manga Hana Yori Dango.Yang menjadi heboh tentang Drama ini adalah, bahwa Boys Before Flower atau Boys Over Flower dan dalam bahasa Koreanya adalah Kgotboda Namja ternyata menyimpan sebuah mister kutukan.


Selama proses produksi serial yang menyebabkan demam Boys Before Flower di Korea ini berlangsung, sudah empat pemain mengalami kecelakaan mobil, kebetulan keempat pemain tersebut merupakan pemeran utama drama Meteor Garden versi taiwan tersebut.


Tiga pemeran utama Drama tersebut yaitu personel F4, yakni Kim Hyun-joong, Kim Bum, dan Kim Joon, serta pemeran utama wanita, Goo Hye-sun, yang berperan sebagai Geum Jan-di (versi Taiwan bernama San Chai). Kecelakaan terakhir menimpa Goo Hye-sun, yang terjadi pada 28 Februari lalu, dan membuatnya harus dirawat selama beberapa hari di rumah sakit.

Belum selesai keterkejutan pemirsa, pada 7 Maret lalu atau sepekan setelah peristiwa kecelakaan Goo Hye-sun, Jang Ja-yeon, pemeran Sunny, satu dari tiga gadis kaya pengganggu Jan-di, tewas gantung diri di rumahnya di Bundang. Kakaknya menemukannya pada pukul 19.30 waktu Korea. Ja-yeon, 27 tahun, gadis lulusan Chosun University--universitas tertua dan prestisius di Korea Selatan - dilaporkan mengalami depresi berat sejak kedua orang tuanya tewas akibat kecelakaan mobil sepuluh tahun lalu.

JANG JA-YEON ( SUNNY )



Namun, teman-teman terdekatnya mengatakan Jang Ja-yeon mengalami banyak masalah dengan manajemennya, terutama yang berkaitan dengan proses pembuatan serial Boys Before Flower. Beberapa jam sebelum tewas, ia menelepon temannya dan mengatakan, "Masalah ini terlalu sulit dan saya ingin mati."Boys Before Flowers merupakan drama terbaru Korea yang akan tayang di stasion TV Indosiar Semenjak 1 Juni 2009. Drama Korea Before Flowers adalah sebuah Drama Meteor Garden versi Taiwan dengan adaptasi dari manga Hana Yori Dango.Yang menjadi heboh tentang Drama ini adalah, bahwa Boys Before Flower atau Boys Over Flower dan dalam bahasa Koreanya adalah Kgotboda Namja ternyata menyimpan sebuah mister kutukan.

Selama proses produksi serial yang menyebabkan demam Boys Before Flower di Korea ini berlangsung, sudah empat pemain mengalami kecelakaan mobil, kebetulan keempat pemain tersebut merupakan pemeran utama drama Meteor Garden versi taiwan tersebut.

Tiga pemeran utama Drama tersebut yaitu personel F4, yakni Kim Hyun-joong, Kim Bum, dan Kim Joon, serta pemeran utama wanita, Goo Hye-sun, yang berperan sebagai Geum Jan-di (versi Taiwan bernama San Chai). Kecelakaan terakhir menimpa Goo Hye-sun, yang terjadi pada 28 Februari lalu, dan membuatnya harus dirawat selama beberapa hari di rumah sakit.


Belum selesai keterkejutan pemirsa, pada 7 Maret lalu atau sepekan setelah peristiwa kecelakaan Goo Hye-sun, Jang Ja-yeon, pemeran Sunny, satu dari tiga gadis kaya pengganggu Jan-di, tewas gantung diri di rumahnya di Bundang. Kakaknya menemukannya pada pukul 19.30 waktu Korea. Ja-yeon, 27 tahun, gadis lulusan Chosun University--universitas tertua dan prestisius di Korea Selatan - dilaporkan mengalami depresi berat sejak kedua orang tuanya tewas akibat kecelakaan mobil sepuluh tahun lalu.


Namun, teman-teman terdekatnya mengatakan Jang Ja-yeon mengalami banyak masalah dengan manajemennya, terutama yang berkaitan dengan proses pembuatan serial Boys Before Flower. Beberapa jam sebelum tewas, ia menelepon temannya dan mengatakan, "Masalah ini terlalu sulit dan saya ingin mati."



NONTON SEBENTAR YUK!!



Minggu, 06 September 2009

Info Gereja Setan ( Satanic Church )



Gereja Setan (Bahasa Inggris: Church of Satan), seperti yang diungkapkan pada buku The Satanic Bible yang ditulis pada tahun 1969 oleh Anton LaVey, adalah sebuah organisasi yang berdedikasi pada penerimaan jasmaniah manusia (Man's carnal self).

Sejarah

Gereja Setan didirikan di San Fransisco, California, pada malam Walpurgis 30 April 1966 oleh Anton Szandor LaVey.

Anton LaVey menjadi Pendeta Tinggi gereja ini sampai kematiannya pada tahun 1997.[1]

Pada tahun 1950-an, Anton LaVey membentuk sebuah kelompok yang dinamakan The Order of the Trapezoid, yang kemudian berubah menjadi badan pengurus Gereja Setan. Orang-orang yang terlibat dalam aktivitas LaVey meliputi Carin de Plessen (yang tumbuh di Istana Kerajaan Denmark), Dr. Cecil Nixon (ahli sulap, eksentris, and penemu automaton), sutradara Kenneth Anger, Asesor kota Russell Wolden, Donald Werby, antropolog Michael Harner, dan penulis Shana Alexander. Kolega LaVey lainnya pada saat itu meliputi penulis fiksi horor dan fiksi ilmiah Anthony Boucher, August Derleth, Robert Barbour Johnson, Reginald Bretnor, Emil Petaja, Stuart Palmer, Clark Ashton Smith, Forrest J. Ackerman, dan Fritz Leiber Jr.

Pada tahun pertama pembentukannya, Anton LaVey dan Gereja Setan mendapatkan perhatian media yang besar dengan secara publik melakukan upacara pernikahan Setan antara Judith Case dengan wartawan radikal John Raymond. Upacara pernikahan ini difoto oleh Joe Rosenthal, yang terkenal oleh fotonya Raising the Flag on Iwo Jima selama Perang Dunia II. Acara lainnya yang juga menarik perhatian adalah upacara pemakaman anggota Gereja Setan, Edward Olson yang juga merupakan perwira Angkatan Laut oleh permintaan istrinya.

Gereja Setan disebut-sebut dalam banyak buka dan merupakan topik artikel majalah dan surat kabar semasa tahun 1960-an dan 1970-an. Ia juga merupakan subjek utama film dokumenter Satanis (1970). LaVey juga muncul dalam film Kenneth Anger, Invocation of my Demon Brother, dan berperan sebagai penasehat teknis dalam film The Devil's Rain (dibintangi oleh Ernest Borgnine, William Shatner, dan John Travolta).

Pada tahun 1975, LaVey menciptakan kontroversi dalam Gereja Setan itu sendiri dengan menghilangkan sistem "Grotto" Gereja dan mengeluarkan orang-orang yang dia anggap menggunakan Gereja ini sebagai prestasi di dunia luar. Pada saat yang sama, LaVey menjadi lebih selektif dalam menerima wawancara. Aktivitas yang "tertutup" ini kemudian menyebabkan rumor bahwa Gereja ini telah tutup atau LaVey telah mati.

Pada tahun 1980-an, umat Kristen, para ahli terapi yang terspesialisasi dalam pemulihan ingatan, dan media massa mengungkit-ungkit kembali konspirasi kejahatan yang berhubungan dengan Gereja Setan. Anggota-anggota Gereja Setan seperti Peter H. Gilmore, Peggy Nadramia, Boyd Rice, Adam Parfrey, Diabolos Rex, dan King Diamond, aktif dalam media massa untuk membantah tuduhan atas aktivitas kriminal tersebut. FBI kemudian mengeluarkan laporan resmi yang membantah teori konspirasi kriminal itu. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai “The Satanic Panic”.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Gereja Setan dan para anggotanya sangat aktif dalam memproduksi film-film, musik, dan majalah-majalah yang berhubungan dengan Setanisme.



Setelah kematian Anton Szandor LaVey, posisinya sebagai kepala Gereja Setan diteruskan oleh istrinya, Blanche Barton. Barton tetap terlibat dalam aktivitas Gereja ini; namun pada tahun 2001 ia menyerahkan posisinya kepada Peter H. Gilmore dan Peggy Nadramia. Kantor pusat Gereja Setan juga dipindahkan dari San Fransisco ke New York City. Gereja Setan tidak mengakui organisasi-organisasi lainnya sebagai pemegang sah setanisme, namun mengakui bahwa seseorang tidaklah harus menjadi anggota Gereja Setan untuk menjadi seorang Satanis.

Banyak figur-figur publik yang secara publik menjadi anggota Gereja Setan, meliputi Kenneth Anger, King Diamond, Teresa Hidy, David Vincent, Marilyn Manson, Aaron Joehlin, Boyd Rice, Marc Almond, gitaris Alkaline Trio Matt Skiba dan drummer Derek Grant, pegulat profesional Balls Mahoney, Sterling James Keenan, jurnalis Michael Moynihan, pianis Liberace, gitaris Matthew McRaith, dan Sammy Davis Jr.[2] Oleh karena Gereja Setan tidak pernah membeberkan informasi keanggotaannya secara publik, tidak diketahui berapa banyak anggota Gereja ini.

Pada Oktober 2004, Angkatan Laut Britania Raya secara resmi mengakui pendaftaran anggota angkatannya sebagai seorang Satanis. [3]

Powered By : http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Setan

Post By : Yulius

Sabtu, 05 September 2009



Sentimen anti-Malaysia di Indonesia


Sentimen anti-Malaysia di Indonesia merupakan rasa ketidaksenangan kolektif pada masyarakat Indonesia atas beberapa hal yang berkaitan dengan Malaysia. Pendorongnya dapat berupa perselisihan politik, sosial, ataupun budaya. Sentimen ini pertama kali muncul pada awal pembentukan Malaysia tahun 1957, yang dikobarkan oleh Sukarno, presiden Indonesia waktu itu, yang menganggap Malaysia sebagai alat-imperialisme Britania dan klaim Indonesia atas wilayah Sarawak dan Sabah. Setelah sempat mereda pada masa Orde Baru, sentimen ini kembali muncul pada awal abad ke-21, yang lebih didasari pada perselisihan warisan budaya dan kepemilikan wilayah. Yang menarik adalah, sentimen anti-Malaysia tidak mengarah pada sentimen anti-Melayu sebagaimana yang terjadi di Singapura dan Thailand.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia 1957-1968

Konfrontasi Indonesia-Malaysia lebih bersifat politik dan dipicu oleh prasangka dari pihak Indonesia yang menganggap Federasi Malaysia dibentuk sebagai alat-imperialisme Britania (atau Barat) untuk menangkal politik Indonesia masa itu yang kekiri-kirian. Semenjak kejatuhan rezim Sukarno, presiden pengganti Indonesia, Suharto, segera menghapus politik ini dan menjalin hubungan baik dengan Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian, peristiwa ini meninggalkan jargon yang tidak pernah hilang dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia: "Ganyang Malaysia".

Sentimen anti-Malaysia abad ke-21

Sentimen anti-Malaysia di Indonesia kembali muncul di awal abad ke-21, terutama sebagai akibat banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang umumnya bekerja sebagai buruh rendahan di Malaysia.1

Latar belakang

Semenjak gelombang besar pekerja Indonesia yang datang ke Malaysia pada tahun 1980-an, yang pada tahun 2007 telah mencapai 90% dari seluruh pekerja asing di negara tersebut, [2] atau mencapai 1,5 juta orang,[3] timbul pandangan di kalangan generasi baru Malaysia yang merendahkan orang Indonesia.[4] Salah satu penyebabnya adalah berbagai pemberitaan di pers Malaysia yang secara terbuka menyebutkan orang Indonesia atau "Indon" sebagai pelaku berbagai tindakan kriminal. Akibatnya, tumbuh konotasi negatif atas penggunaan kata tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan.[4] Di Malaysia kemudian tumbuh anggapan bahwa orang Indonesia adalah sumber keonaran dan perilaku "kurang beradab", yang kemudian terekspresi dalam perlakuan orang Malaysia terhadap orang Indonesia.

Keadaan tidak membaik dengan keluarnya keputusan Mahkamah Internasional yang memberikan kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan pada tanggal 17 Desember 2002 telah menimbulkan kekecewaan di pihak Indonesia, [5] bahkan hingga tingkat DPR. Rasa ketidaksukaan ini kemudian meningkat pesat setelah terjadi rentetan peristiwa yang dipandang Indonesia sebagai tindakan arogan sepihak oleh Malaysia, seperti kasus perselisihan di blok Ambalat yang memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta TNI untuk "menjaga kedaulatan wilayah Indonesia" (2005),[5] penggunaan lagu "Rasa Sayange" pada kampanye promosi pariwisata Malaysia, pemukulan atlet karate Indonesia oleh petugas keamanan Malaysia (Agustus 2007),[3] dan klaim reog Ponorogo (disebut sebagai "barongan") sebagai kesenian asli Malaysia (2008).

Serentetan aksi terorisme berupa rangkaian pemboman sejumlah bangunan di Jakarta dan Bali, serta berbagai rencana pemboman di beberapa tempat lainnnya yang dapat digagalkan, sejak tahun 2000 hingga 2005 serta tahun 2009, juga menjadi alasan bagi beberapa kelompok{[siapa?] untuk mengangkat isu teori konspirasi dari Malaysia.[rujukan?] Isu ini diangkat karena dalang pengeboman tersebut dilakukan oleh dua warga negara Malaysia, Azahari dan Noordin M. Top, yang adalah warga negara Malaysia. Teori yang dikembangkan adalah bahwa keduanya adalah agen yang ditanam di Indonesia untuk membuat kekacauan.[rujukan?] Walaupun tidak banyak[siapa?] yang mempercayai "teori" ini, stigma telah ditimbulkan oleh anggapan demikian.

Pada kasus Ambalat, situasi yang relatif serius terjadi karena pada tanggal 7 Maret 2005 ditindaklanjuti oleh TNI dengan pengiriman delapan kapal tempur yang didukung oleh empat pesawat tempur jet F-16 oleh Armada Wilayah Timur di Balikpapan. Pada kejadian yang lain, usaha-usaha klarifikasi dilakukan melalui komunikasi politik di antara pejabat kedua negara. Pada kasus "Rasa Sayange", protes muncul dari kalangan masyarakat Maluku (sebagai kelompok etnis yang mengklaimnya) dan anggota parlemen (DPR).


Latar belakang

Semenjak gelombang besar pekerja Indonesia yang datang ke Malaysia pada tahun 1980-an, yang pada tahun 2007 telah mencapai 90% dari seluruh pekerja asing di negara tersebut, [2] atau mencapai 1,5 juta orang,[3] timbul pandangan di kalangan generasi baru Malaysia yang merendahkan orang Indonesia.[4] Salah satu penyebabnya adalah berbagai pemberitaan di pers Malaysia yang secara terbuka menyebutkan orang Indonesia atau "Indon" sebagai pelaku berbagai tindakan kriminal. Akibatnya, tumbuh konotasi negatif atas penggunaan kata tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan.[4] Di Malaysia kemudian tumbuh anggapan bahwa orang Indonesia adalah sumber keonaran dan perilaku "kurang beradab", yang kemudian terekspresi dalam perlakuan orang Malaysia terhadap orang Indonesia.

Keadaan tidak membaik dengan keluarnya keputusan Mahkamah Internasional yang memberikan kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan pada tanggal 17 Desember 2002 telah menimbulkan kekecewaan di pihak Indonesia, [5] bahkan hingga tingkat DPR. Rasa ketidaksukaan ini kemudian meningkat pesat setelah terjadi rentetan peristiwa yang dipandang Indonesia sebagai tindakan arogan sepihak oleh Malaysia, seperti kasus perselisihan di blok Ambalat yang memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta TNI untuk "menjaga kedaulatan wilayah Indonesia" (2005),[5] penggunaan lagu "Rasa Sayange" pada kampanye promosi pariwisata Malaysia, pemukulan atlet karate Indonesia oleh petugas keamanan Malaysia (Agustus 2007),[3] dan klaim reog Ponorogo (disebut sebagai "barongan") sebagai kesenian asli Malaysia (2008).

Serentetan aksi terorisme berupa rangkaian pemboman sejumlah bangunan di Jakarta dan Bali, serta berbagai rencana pemboman di beberapa tempat lainnnya yang dapat digagalkan, sejak tahun 2000 hingga 2005 serta tahun 2009, juga menjadi alasan bagi beberapa kelompok{[siapa?] untuk mengangkat isu teori konspirasi dari Malaysia.[rujukan?] Isu ini diangkat karena dalang pengeboman tersebut dilakukan oleh dua warga negara Malaysia, Azahari dan Noordin M. Top, yang adalah warga negara Malaysia. Teori yang dikembangkan adalah bahwa keduanya adalah agen yang ditanam di Indonesia untuk membuat kekacauan.[rujukan?] Walaupun tidak banyak[siapa?] yang mempercayai "teori" ini, stigma telah ditimbulkan oleh anggapan demikian.

Pada kasus Ambalat, situasi yang relatif serius terjadi karena pada tanggal 7 Maret 2005 ditindaklanjuti oleh TNI dengan pengiriman delapan kapal tempur yang didukung oleh empat pesawat tempur jet F-16 oleh Armada Wilayah Timur di Balikpapan. Pada kejadian yang lain, usaha-usaha klarifikasi dilakukan melalui komunikasi politik di antara pejabat kedua negara. Pada kasus "Rasa Sayange", protes muncul dari kalangan masyarakat Maluku (sebagai kelompok etnis yang mengklaimnya) dan anggota parlemen (DPR).

Ekspresi ketidaksukaan di Indonesia

Ekspresi ketidaksukaan dinyatakan dalam berbagai cara. Demonstrasi sempat terjadi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, khususnya setelah kasus Ambalat terjadi. Akibat protes dari Indonesia mengenai lagu Rasa Sayange ditanggapi secara dingin, muncul berbagai tulisan kasar di berbagai forum internet. Beberapa blog juga menuliskan kekecewaannya. Bahkan, iklan suatu obat tradisional menyinggung masalah ini. Malaysia dicitrakan sebagai "pencuri" kebudayaan Indonesia. Dari sini kemudian muncul jargon sarkastik "Malingsia" untuk menegaskan bahwa orang Malaysia hanya bisa mencuri (maling) karya seni orang lain (Indonesia). Istilah "Malon" (dengan konotasi negatif) juga diinvensi sebagai counterpart atas istilah 'Indon' yang dipakai di Malaysia. Kenyataan bahwa banyak terjadi kesamaan warisan budaya (seperti keris, berbagai jenis makanan, dan beberapa lagu daerah) dianggap sebagai "pencurian" yang dilakukan pihak Malaysia. Hal ini diperparah dengan konsep Ketuanan Melayu yang diterapkan di Malaysia, yang memberi batasan "Melayu" adalah semua suku bangsa dengan ciri fisik dan agama yang sama dengan orang Melayu asli Malaysia, termasuk juga apabila sebenarnya seseorang berasal dari suku bangsa Jawa, Madura, Aceh, atau Minangkabau.

Dalam dunia maya, berbagai forum dan blog menyinggung perlakuan Malaysia terhadap orang Indonesia. Beberapa hacker bahkan melakukan defacing terhadap beberapa halaman muka sejumlah laman lembaga-lembaga Malaysia.

Dari berbagai rentetan kasus yang melibatkan kedua negara, kasus Ambalat dapat dikatakan merupakan puncaknya. Dari berbagai aksi demo massa di Indonesia, aksi massa tak lagi mengangkat kasus Ambalat semata, namun telah bergeser menjadi sentimen anti-Malaysia. Berbagai kelompok pemuda di berbagai daerah di Indonesia bahkan mengaku siap menjadi relawan apabila terjadi perang antara Indonesia dan Malaysia, beberapa di antaranya malah melakukan aksi jempol darah sebagai simbol kesetiaan mereka terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Powered By : http://id.wikipedia.org

BY : Yulius